Kehilangan dan risiko muncul ketika berkarya sebagai wartawan perang. Perang di Ukraina dan Gaza menimbulkan banyak korban jiwa, Cristina Caicedo Smit dari VOA berbicara dengan dua mantan wartawan mengenai pengalaman merek, dan mengapa mereka tetap meliput, meskipun berbahaya.
Ledakan dari serangan tahun 2022 itu membuat Hall pingsan. Penampakan sosok keluarganya mendorongnya untuk keluar dari mobil.
“Anak perempuan saya, berusia 8 tahun tepat di depan mata saya dan mengatakan, ‘Ayah, ayah harus keluar dari mobil,” lanjutnya.
Meskipun terluka parah, Hall berhasil melepaskan diri. Ia selamat. Tetapi juru kamera Pierre Zakrzewski dan reporter Ukraina, Oleksandra Kuvshynova yang membantu tim, tewas.
Dengan luka bakar dan cedera serius, termasuk kehilangan satu kaki, Hall menjalani beberapa operasi. Pengalaman itu katanya, berguna untuk mengingatkan para wartawan dan khalayak, atas risiko yang dipikul wartawan dalam meliput berita.
Konflik pada tahun 2023 menyebabkan sebagian besar kematian di media, dengan tiga orang tewas ketika bertugas di Ukraina. Juga konflik Israel-Hamas yang hingga kini menewaskan lebih dari 60 wartawan, sebagian besar warga Palestina.
Bagi jurnalis lokal, meliput perang merupakan pengalaman yang sangat pribadi.
Arwa Damon adalah wartawan dan pendiri Inara, organisasi kemanusiaan yang memberi perawatan medis kepada anak-anak pengungsi Suriah. “Bagi mereka, ini bukan sekedar konflik, namun kehidupan mereka, keluarga dan masyarakat mereka, ini adalah budaya dan adalah kota mereka,” tukasnya.
Damon, yang meliput konflik di Suriah dan Irak mengatakan, wartawan juga berisiko menjadi sasaran yang disengaja.
“Irak adalah tempat yang sangat berbahaya ketika itu bagi jurnalis untuk bekerja. Dan harga yang harus dibayar … Ini sangat berbeda ketika wartawan sengaja menjadi sasaran, dibanding mengambil risiko hanya berada di medan perang,” imbuhnya.
Terkait perang Israel-Hamas, kelompok seperti Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) menekankan pentingnya wartawan bekerja dengan aman.
Penonton, pendengar atau pembaca mereka, kata Sherif Mansour, mengandalkan mereka.
Sherif Mansour adalah koordinator program CPJ di Timur Tengah dan Afrika Utara.
“Ratusan juta orang di seluruh dunia yang mengikuti berita konflik yang memilukan itu berusaha memahaminya. Mereka bergantung pada jurnalis untuk memperoleh informasi dan komentar yang tepat waktu dan bebas,” ujarnya.
Wartawan Hall dan Damon sepakat bahwa pers yang bebas adalah cara utama bagi masyarakat untuk membuat keputusan-keputusan tepat yang diberikan. [Red]#VOA