Bisnis tetap berjalan seperti biasa di pasar dan bisnis pesawat jet mewah, meskipun terjadi ketidakpastian politik di seluruh dunia. Pemain utama sektor ini, termasuk Gulfstream, Bombardier, Dassault dan Embraer, menampilkan produk penerbangan mereka pada Pameran Dirgantara Singapura, tahun ini.
Para analis memprediksi, industri ini akan bernilai hingga 41,8 miliar dolar AS pada 2030, meskipun banyak ketidakpastian yang disebabkan oleh perang di Ukraina dan konflik Israel-Hamas.
“Bahkan disaat Anda memiliki banyak tantangan di Eropa dan Timur Tengah, kami menemukan jalan untuk menaikkan aktivitas di bagian dunia lain, seperti Asia Tenggara saat ini sangat menyibukkan kami. Di Amerika Serikat, kami juga sangat sibuk. Dan kami sebenarnya melihat beberapa kegiatan bagus di Eropa, terlepas dari apa yang terjadi di Eropa saat ini,” tambah Neal lagi.
Perusahaan seperti Bombardier juga menawarkan jajaran jet bisnis mereka untuk sektor pertahanan. Wakil presiden dari Bombardier Defense, Steve Patrick, mengatakan bahwa Bombardier mengusahakan pertumbuhan dan perluasan sisi bisnis ini pada tahun-tahun mendatang.
“Atribut dari jet bisnis juga bagus untuk diterapkan di di pasar pertahanan, ketika kita mempertimbangkan elemen-elemen seperti kinerja, keandalan, daya tahan, atau jangkauan. Hal-hal itu merupakan kunci untuk pesawat terbang bisnis, tetapi juga sangat penting bagi operator pertahanan, Anda harus memiliki pesawat yang siap menjalankan misi ketika dibutuhkan, dan dapat memenuhi semua atribut dari misinya,” kata Patrick.
“Jadi, kami tidak melaporkan bisnis pertahanan kami sebagai setmen terpisah dari keseluruhan bisnis Bombardier, tetapi dapat kami laporkan ini bagian dari bisnis kami yang semakin besar, dan CEO kami telah berkomitmen bahwa kami ingin menumbuhkan ini mencapai lebih dari satu miliar dolar setahun, dalam tahun-tahun mendatang,” tambahnya.
“Setelah COVID berlalu untuk untuk kawasan Asia Pasifik, kami melihat bahwa fundamental jangka panjang menjadi penggerak dinamika ketika melangkah maju. Ini berupa fundamental makroekonomi dan fundamental industri. Jadi, dari sisi makroekonomi kita menghadapi Yen yang melemah dan melemahnya ekonomi berpotensi meredam sedikit pada tingkat permintaan, setidaknya di sisi internasional,” ujar Kwan.
Pameran Dirgantara Singapura telah berlangsung pada 20-25 Februari 2024. [Red]#VOA