Dua negara kecil di wilayah Balkan memiliki warga muslim dengan sejarah konflik yang panjang. Selalu ada harapan, agar kehadiran Ramadan melanggengkan perdamaian di tanah itu.
Walikota Sarajevo, Benjamina Karic berharap, Ramadan berisi cinta dan solidaritas.
“Bagi saya, sebagai walikota Sarajevo, bulan Ramadan adalah waktu ketika Sarajevo penuh wangi cinta dan solidaritas. Bulan yang merangkul tradisi indah kami yang diwariskan oleh generasi yang telah mendahului kami,” ujarnya.
Awal bulan Ramadan secara resmi ditandai dengan bunyi meriam di Benteng Kuning ini. Setelah itu, selama satu bulan penuh, meriam yang sama akan dibunyikan menjelang senja, sebagai penanda berakhirnya puasa pada hari itu, atau datangnya waktu berbuka.
Harapan untuk Ramadan juga disampaikan Edina Khashouf Covic, warga Sarajevo.
“Bagi saya, Ramadan adalah titik yang menandai akhir dari segala hal yang negatif, dan awal dari semua hal yang positif, insyaAllah,” kata dia.
Bosnia memiliki populasi sekitar 3,2 juta orang, dan separuhnya adalah muslim.
Pada Senin, muslim di Kosovo juga mulai memasuki bulan Ramadan. Seperti juga Bosnia, negara ini pernah dilanda konflik di masa lalu. Ramadan selalu membawa harapan perdamaian bagi warganya, seperti disampaikan Lorik Kenduesi, warga di ibukota Kosovo, Pristina.
“Saya mendoakan seluruh muslim di bulan akbar Ramadan ini. Saya mengharapkan perdamaian, kesejahteraan, solidaritas dan semua yang terbaik,” papar dia.
“Kami berdoa agar Yang Maha Kuasa akan menerima ibadah puasa dan sholat kami, menganugerahkan kepada negeri kami, bangsa kami, dan agama kami, keamanan dan stabilitas. Kami berdoa bahwa konflik, perang dan pertumpahan darah diantara orang-orang, terlepas dari ras, warna, agama atau kebangsaan, akan berakhir,” kata dia.
Kosovo memiliki populasi sekitar 1,8 juta orang dengan 95 persennya adalah muslim. [Red]#VOA