Prof. Dr. Mahfud MD Menyuarakan Persoalan Nasab Ba Alawi: Apakah Semua Ulama Salah?

admin
Prof. Dr. Mahfud Md Menyuarakan Persoalan Nasab Ba Alawi

BOJONEGORO ǀ MDN – Prof. Dr. Mahfud MD angkat bicara terkait polemik nasab Ba’alawi yang ramai diperbincangkan dikalangan masyarakat Indonesia. Nasionalisme dirinya terhadap Indonesia merasa ternodai oleh sikap-sikap beberapa Habaib.

“Leluhur saya bangsa Indonesia itu mulya, tidak kalah mulyanya dengan Habaib,” tuturnya, Sabtu (10/8/2024).

Mahfud mengatakan, bahwa berdasar histori masuknya Ba’alawi ke Indonesia di abad ke-19 maupun yang sebelumnya, bagi dirinya mereka keturunan Nabi atau bukan itu tidak terlalu penting,

“Ba’alawi menurut saya bukan turunan Nabi kalau dari ilmu filologi, histori dan DNA, tetapi bagi mereka yang percaya ya silahkan saja, saya tidak keberatan dan tidak ada urusan,” ucapnya.

Akan tetapi yang kemudian membuat Mahfud tersinggung adalah, ketika peran ulama-ulama Indonesia dan para pejuang Indonesia itu diremehkan oleh Ba’alawi, misalnya cerita bahwa Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 itu karena bisikan Habib tertentu kepada Bung Karno.

“Tidak pernah ada dalam cerita sejarah seperti itu. Yang ada ketika Bung Karno pulang dari Dalat, dijanjikan kemerdekaan, lalu terjadi tarik menarik antara pejuang, yang satu ingin merdeka secepatnya, yang satu ingin menunda sesuai dengan persetujuan Jepang.

“Tanggal 16 Agustus 1945 Bung Karno diculik oleh para pemuda ke Rengasdengklok, akhirnya sesudah itu malamnya rapat di rumah Laksamana Maeda untuk merumuskan Proklamasi besok pagi, terus kapan Bung Karno dibisiki oleh Habaib,” ungkap Mahfud MD.

Mahfud melanjutkan, cerita Habib berjuang untuk bangsa Indonesia tidak pernah ada didalam sejarah, kecuali Habib Usman bin Yahya yang menjadi muftinya Belanda dan dia (Usman bin Yahya) memberikan fatwa mengharamkan bangsa Indonesia melawan Belanda.

“Itu Habib yang jelas tertulis dalam sejarah. Sekarang malah Imam Bonjol, Diponegoro malah diakui mereka sebagai Habib, Habib darimana, gak ada sejarahnya,” tegasnya.

Mahfud berharap, tindakan yang khurafat ini dicegah dan diakhiri, karena menimbulkan fitnah dan membodohi masyarakat, misalnya mendirikan kuburan yang tidak jelas asal usulnya, kemudian dikeramatkan oleh mereka, sebab sebelumnya ada fatwa dari Habib, bahwa Habib itu meskipun sudah meninggal bisa mendatangkan uang, agar orang berbondong-bondong datang ziarah.

“Kok ujung-ujungnya mengambil keuntungan dari para peziarah dengan menaruh kotak-kotak amal disitu untuk bersedekah, uangnya disetor kemana, ini kan gak bener,” bebernya.

Ia menegaskan, satu-satunya bangsa yang mengusir penjajahnya adalah orang Indonesia dan Bangsa Indonesia, Mahfud meminta agar Indonesia bersatu jangan membuat kasta-kasta, jangan ada muncul kelas-kelas sosial.

“Jangan pernah ada kata-kata lagi bahwa, satu kaki seorang Habib itu lebih mulia dibanding 70 kepala ulama atau kyai Indonesia, dimata negara dan hukum semuanya sama, dalam keberagaman didepan Allah adalah taqwa nya,” pungkasnya. [*/AZ]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *