Jelang Pilkada 2024, Adu Strategi Usung Kandidat Demi Meraih Suara Rakyat

admin
Jelang Pilkada 2024, Adu Strategi Usung Kandidat Demi Meraih Suara Rakyat
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri saat foto bersama para calon dari PDIP di Pilkada 2024, pekan lalu. (Courtesy: PDI Perjuangan)

PDI Perjuangan dan parpol lain mulai mengumumkan rekomendasi kandidat yang diusung dalam Pilkada 2024. Mereka memasang strategi menjelang pendaftaran calon di Pilkada akhir Agustus ini.

Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, membacakan satu persatu 13 nama kandidat yang maju dalam Pilkada 2024. Mereka akan berlaga di Pilgub.Bertempat di kantor DPP PDIP, Jakarta Pusat, Rabu (14/8) lalu, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri kemudian menyerahkan surat rekomendasi kepada bakal calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah dari partai berlambang Banteng moncong putih itu. Dalam kesempatan tersebut, Megawati mengatakan ada tiga syarat dalam pencalonan yang diusung PDIP.

“Saya sering bilang ke Hasto, kalau kamu panggil untuk calon, ada tiga hal yang kamu harus tanya. Pertama, takutkah kamu? Pemimpin harus punya nyali. Kedua, harus mau turun ke bawah bertemu akar rumput. Ketiga, punyakah kamu uang? Untuk namanya apa itu bikin baliho, kampanye. Tiga itu poinnya”, ujar Mega di hadapan ratusan pengurus dan Kader PDIP kandidat di Pilkada.

Para calon dari PDIP di Pilkada 2024 menunjukkan surat rekomendasi DPP PDIP, pekan lalu. (Courtesy: PDI Perjuangan)
Para calon dari PDIP di Pilkada 2024 menunjukkan surat rekomendasi DPP PDIP, pekan lalu. (Courtesy: PDI Perjuangan)

Data yang diterima VOA, kandidat untuk Pilgiub di pulau Jawa antara lain DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa tengah dan Jawa Timur belum masuk daftar yang diumumkan. Bahkan kandidat PDIP untuk Pilwalkot Solo juga sama. Ketua DPC PDIP Solo, Hadi Rudyatmo pun angkat bicara.

“Ya tetap kita tunggu. Pendaftaran di DPC kan ada kandidat 8 bacalon Wali kota dan 12 bacalon Wakil Wali kota Solo. Semua hasil seleksi sudah kita kirim ke DPP PDIP. Kita nggak tahu ada yang daftar lewat DPD atau DPP PDIP. Rekomendasi kan hanya untuk sepasang, 2 orang, kandidat Wali kota dan Wakil Wali Kota. Semua saya serahkan ke Ketua Umum PDIP,” ujar Rudyatmo.

Megawati mengingatkan mereka yang mendapat rekomendasi PDIP di Pilkada 2024 bersama kader PDIP di daerah untuk terus bergerak ke lapisan masyarakat bawah.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri saat berpidato dalam penyerahan rekomendasi para calon dari PDIP di Pilkada 2024, pekan lalu. (Courtesy: PDI Perjuangan)
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri saat berpidato dalam penyerahan rekomendasi para calon dari PDIP di Pilkada 2024, pekan lalu. (Courtesy: PDI Perjuangan)

“Belajarlah dari Bung Karno. Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara. Ini sudah masuk dalam agenda Rakernas kemarin kan. Jadi kamu musti masuk ke tempat- tempat yang namanya kolong jembatan, temui anak-anak yang tidak bisa sekolah. Harus kalian sekolahkan. Coba bayangkan kondisi mereka papa. Itu tanggung jawabmu. Gubernur, bupati, walikota itu jabatan dan simbol negara,” ungkap Megawati.

Informasi yang dihimpun VOA, PDIP akan kembali mengeluarkan rekomendasi Pilkada pekan ini bagi daerah yang kemarin belum diumumkan ketua umum PDIP menjelang masa pendaftaran.

Tetapi, tidak hanya PDIP yang memberi rekomendasi kandidat di Pilkada 2024

DPP Partai Demokrat menyerahkan surat rekomendasi kepada 100 calon kepala daerah tingkat kabupaten/kota di Kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Kamis (8/8) malam. Kandidat itu banyak didominasi kader utama Partai Demokrat.

Dewan Pimpinan Pusat DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyerahkan surat rekomendasi partai kepada 13 bakal calon kepala daerah yang diusung pada Pilkada 2024. Senin lalu (5/8).

Peneliti dan akademisi Universitas Slamet Riyadi Solo, Doktor Suwardi, mengatakan pemilihan kandidat yang mendapat rekomendasi parpol, menjalani proses lama. Kader atau tokoh nonkader yang diusung parpol sangat selektif, tegas Suwardi.

Peneliti Universitas Slamet Riyadi Solo, Doktor Suwardi, saat merilis riset hasil pilkada di Solo, pekan lalu. (VOA/Yudha Satriawan)
Peneliti Universitas Slamet Riyadi Solo, Doktor Suwardi, saat merilis riset hasil pilkada di Solo, pekan lalu. (VOA/Yudha Satriawan

“Masyarakat memilih pada political personal, bukan hanya dari sisi kader parpol. Political personal itu popularitas, tingkat kesukaan atau kecocokan, akseptabilitas dan elektabilitas. Jadi apakah kandidat itu kader atau bukan kader, bagi parpol itu bisa menjamin kemenangan ya jelas akan berorientasi ke sana. Parpol mana sih yang nggak pengin menang di konstetasi. Kalau di dalam internal parpol ada kader political personal bagus ya akan dipilih tapi kalau ada tokoh di luar parpol yang lebih unggul ya jelas akan diambil parpol itu. Realistis lah,” ujar Suwardi kepada VOA.

Lebih lanjut Suwardi menjelaskan strategi pemilihan kandidat di partai pollitik berjenjang. Ada kader parpol yang merambah karir politik sejak dari bawah sebagai bentuk apresiasi loyalitas dan potensi meraup suara dominan masyarakat. Kader senior atau kader muda, katanya, tetap dipertimbangkan. [Red]#VOA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *