WHO Kejar Target Vaksinasi Polio di Gaza

admin
Who Kejar Target Vaksinasi Polio Di Gaza
Anak-anak Palestina menunggu vaksinasi polio di pusat layanan kesehatan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Deir Al-Balah di Jalur Gaza bagian tengah, 1 September 2024. (Ramadan Abed/REUTERS)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, hingga Selasa 3 September, sudah lebih dari 161 ribu anak-anak di bawah usia 10 tahun divaksinasi polio di Gaza tengah. Jumlah ini merupakan seperempat dari populasi total yang harus dicapai, yaitu sekitar 640 ribu anak-anak.

MDN – Wael Al-Haj Muhammad, ayah seorang anak di Gaza, menyambut dengan senang program vaksinasi massal oleh PBB ini. “Kami berharap ini akan melindungi anak-anak kami. Anak perempuan saya, yang saya ajak ini, lahir di tengah perang kedua. Sebelumnya saya harus berjuang untuk mendapatkan vaksinasi baginya, dan hari ini, saya datang kesini agar dia divaksinasi polio sebagai pencegahan,” kata Muhammad.

Capaian awal ini melampaui target PBB sendiri, yang sebelumnya menetapkan 156 ribu anak-anak di Gaza tengah bisa divaksinasi dalam dua hari pertama.

Akihiro Saita, direktur kesehatan pada Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), mengatakan bahwa organisasi ini memberikan vaksinasi pada 90 persen anak-anak berusia kurang dari 10 tahun.

“Sayangnya, kita mengalami wabah virus polio yang berasal dari vaksin tipe-2 di komunitas. Untuk menghentikan penularannya dan untuk menghentikan penderitaan rakyat dari penyebab penyakit yang bisa dicegah ini, kita harus memvaksinasi 90 persen warga berusia kurang dari 10 tahun,” ujar Saita.

Dr Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, mengatakan, “Kami kira, kami akan membutuhkan satu hari lagi, besok, untuk benar-benar menyelesaikan program ini di kawasan tengah Gaza sepenuhnya,” kata dia.

Berbicara dari Gaza, dia menjelaskan bahwa program pada hari ketiga dilanjutkan selama penghentian perang delapan jam setiap harinya yang disetujui militer Israel dan pejuang Hamas.

Periode yang disebut sebagai “jeda kemanusiaan” ini direncanakan berlangsung sejak pukul 06.00 hingga 14.00 waktu setempat, dengan kemungkinan perpanjangan tambahan hari jika diperlukan.

Petugas medis WHO menjelaskan, bahwa tim vaksinasi akan berpindah ke kawasan selatan yang lebih luas pada Kamis, untuk program selama tiga hari selanjutnya, atau mungkin empat hari, sebelum mereka kembali berpindah ke kawasan utara.

“Empat pekan ke depan, proses serupa akan diulang untuk putara kedua vaksinasi,” tambah Peeperkorn.

Mencapai bagian utara dari Jalur Gaza masih menjadi sebuah perhatian, karena WHO telah mencoba untuk menjalankan misi mereka ke bagian utara selama dua pekan terakhir, untuk menyediakan pasokan medis penting bagi rumah sakit.

“Dari delapan atau Sembilan misi yang kami rencanakan, hanya tiga atau empat yang terlaksana,” tambahnya.

Tim Medis Darurat (EMT) telah dikirimkan ke Rumah Sakit Indonesia dan seorang dokter anak ke Rumah Sakit Kamal Adwan, selain obat-obatan dan perlengkapan lainnya.

Perjalanan kembali ke pangkalan mereka membutuhkan waktu tunggu tujuh jam untuk proses otorisasi untuk melanjutkan perjalanan ke titik kumpul, dengan tambahan 2,5 jam untuk pengecekan di pos pemeriksaan.

Hampir 11 bulan perang berlangsung, proses penghentian konflik masih belum efektif, kata Peeperkorn.

Menurut badan kesehatan PBB ini, setidaknya 90 persen anak-anak Palestina harus divaksinasi agar program ini efektif dan untuk mencegah penyebaran polio di Gaza dan secara global.

Jalur Gaza memiliki tingkat cakupan vaksinasi yang tinggi di seluruh populasi, sebelum konflik dimulai pada Oktober 2023.

Karena dampak dari perang, cakupan imunisasi rutin anjlok dari 99 persen pada 2022 menjadi kurang dari 90 persen pada kuartal pertama 2024, meningkatkan risiko penyakit yang sebenarnya bisa dicegah melalui vaksinasi ke anak-anak, termasuk polio.

Ketika ditanya, apakah mungkin untuk menangani persoalan kesehatan lain yang juga sangat mengkhawatirkan, seperti kekurangan gizi di anak-anak, ketika tim vaksinasi bekerja, Peeperkorn mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kapasitas cadangan untuk melakukannya.

“Ini adalah progam yang sangat intens. Anda menginginkan ini dilakukan secepat mungkin, selama sesedikit mungkin hari yang dimungkinkan. Dengan semua kompleksitas di Gaza saat ini, kami memutuskan bahwa kami tidak dapat menambahkan apapun ke program ini. Program ini harus benar-benar dimaksimalkan jika kita ingin mencapai cakupan 90 persen,” tambah dia.

“Jika kami melihat bahwa aktivitas tambahan bisa dimungkinkan di putaran kedua, empat pekan dari sekarang, kami pasti akan melakukannya,” papar Peeperkorn lagi.

Program vaksinasi polio diselenggarakan di tengah penghancuran yang massif pada infrastruktur layanan kesehatan di Gaza, termasuk sistem air dan sanitasi, dan setelah para pejabat kesehatan mendeteksi kasus polio pertama di Gaza dalam 25 tahun, pada bayi berusia 10 bulan di kamp pengungsi.

Virus ini dapat menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian pada anak-anak.

Sementara badan-badan kemanusiaan PBB menyambut baik jeda kemanusiaan di kawasan tertentu, untuk memungkinkan program vaksinasi polio skala besar, mereka menekankan pentingnya pembebasan segera seluruh sandera yang tersisa dan sebuah gencatan senjata di Jalur Gaza.

James Elder, juru bicara Dana Anak-Anak PBB, Unicef, mengatakan, “Begitu anak-anak ini divaksinasi, mereka akan kembali ke wilayah yang dalam beberapa pekan ke depan, dalam bayangan kita, akan dibom kembali. Tidak mungkin hal semacam itu harus diterima sebagai sesuatu yang normal.”

“Dan saya pikir bahwa setiap orang kini menganggap bahwa pembicaraan tentang gencatan senjata adalah pembicaraan yang bagi kita sekadar terus berpikir bahwa masih ada harapan di situ. Setelah 10 bulan, kita mungkin sedikit naif. Jadi, sesuatu harus diberikan, dan sekali lagi, harus dilakukan oleh para pemimpin yang mewakili rakyat mereka,” ujarnya lagi. [Red]#VOA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *