Warta  

Sarasehan Syajarotul Qubro Nahdlatoel Oelama Kritisi Sejarah NU yang Kurang Lengkap

admin
Img 20250131 181136

JEPARA | MDN 0##Hadir dalam acara Sarasehan Syajarotul Qubro Nahdlatoel Oelama (27/01) di Gedung Faqih Manshoer adalah Gus Asrul Sani Surabaya, Yahya Muhammad Gresik, Ketua Tanfidziah NU H Nur Ali Zain, Ainul Mahfud PC GP ANSOR Jepara, Kiai Ali Masrukhin PAC GP ANSOR Welahan, dan warga sekitar.

Ikatan Keluarga Besar Bani Manshoer Kalipucang (IKBM) mengadakan sarasehan bertajuk Syajarotul Qubro Nahdlatoel Oelama. Dalam acara tersebut, panitia mendatangkan tiga tokoh dari keluarga pendiri NU, yakni Raden Asnawi Kudus, KH Umar Burhan Gresik, dan KH Mas Alwi Surabaya.

Sebelum membuka acara Ali Muhtarom sebagai ketua IKBM menyatakan pentingnya menjaga silaturahmi karena mengandung banyak hikmah. Seperti persahabatannya dengan Kiai Aslim Akmal selaku Dzuriyat KH R Asnawi Kudus sebab hikmah KH Manshoer di masa lampau. Ia berserita bahwa KH R Asnawi merupakan sahabat dari KH Manshoer. KH R Asnawi pernah menyambangi KH Manshoer saat sakit. Ia pun mengajak putra KH Manshoer, yakni KH Faqih, untuk menaiki mobil berkeliling desa guna menyenangkan hati KH Faqih kecil.

Kiai Aslim Akmal memberikan sambutan dan menceritakan tentang KH R Asnawi tetap menjaga tradisi Jawa. Semisal anak-anak KH R Asnawi tetap memanggil Bapak dan Ibu alih-alih diganti Abi atau Umi. Kiai Aslim juga pernah menulis kisah persahabatan KH R Asnawi dengan KH Manshoer dalam buku Kiai Mas Ngabehi, Kisah Hikmah Kiai Pantura karya Gus Mohammad Mujab, KH Ulil Abshar Abdalla dan Gus Muhajir Ms.

Dalam sarasehan ini Gus Asrul Sani dan Yahya Muhammad juga menyinggung banyak pasal berdirinya NU. Ia mnyertakan beragam manuskrip lawas dan mengkritisi sejarah NU saat ini yang kurang lengkap. Mereka menandaskan bahwa hadirnya NU bukan tiba-tiba ada. Proses dan perjalanan panjang perjuangan para Kiai, termasuk para kiai yang mukim di Hijaz.

Terlebih pada masa itu, perang ideologi sangat kentara dari Wahabi, Islam modernis, Ahmadiyah, Sekuler, Sosialis, Khalifah dan lain sebagainya. Faham-faham tersebut dianggap tidak sesuai dengan khasanah Hindia-Belanda yang nantinya resmi bernama Indonesia tahun 1945. Para kiai pun melakukan mobilisasi dan pencarian fakta untuk menentukan arah ideologi cikal bakal bangsa Indonesia. Alhasil, pencarian ideologi tersebut dimasukkan ke dalam organisasi NU.

Menanggapi sarasehan ini, Ketua Tanfidziyah MWC NU Welahan, H Nur Ali Zain menyatakan ketertarikannya dengan Sarasehan ini. Ia berharap supaya acara ini dapat dikemas bersama kaula muda termasuk dengan format yang lebih tertata.

“Saestu, kulo remen sanget acara ini karena jarang pembahasan sejarah NU yang dilengkapi manuskrip detail seperti ini. Apalagi memiliki hubungan dengan tokoh di Jepara”.

“Jauh sebelum hari ini, bapak saya pernah bercerita sebelum wafat. Bahwa Kalipucang memiliki Kiai Tasawuf yakni Toriqoh Naqsabandiyah Mujaddadiyah Kholidiyah bernama KH Manshoer”, Ucap Gus Ainul Mila bin KH Muhibbi bin KH Muslim Robayan.

Acara pun diakhiri dengan sesi foto bersama nara sumber dan para hadlirin. **(MuZ)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *