Islamabad menyalahkan Afghanistan dan India atas serangan itu; kedua negara membantah tuduhan tersebut.
Lima personel Korps Perbatasan juga tewas dalam serangan tersebut dan pertempuran berikutnya dengan sejumlah militan.
Militan separatis dari Tentara Pembebasan Baloch (Balochistan Liberation Army/BLA), yang ditetapkan sebagai kelompok teroris, mengambil alih kereta api Jaffar Express di dekat Sibi beberapa jam setelah kereta itu meninggalkan Quetta, ibu kota provinsi, Selasa.
Dalam operasi pembersihan yang berlangsung lebih dari 30 jam, militer Pakistan mengatakan telah menewaskan 33 teroris BLA.
Chaudhry, direktur jenderal hubungan masyarakat militer, mengatakan 354 penumpang dibebaskan, 37 di antaranya terluka.
Para pejabat juga merevisi turun, jumlah penumpang kereta tersebut dari 440 menjadi 425 orang.
Berbicara bersama Chaudhry, Kepala Menteri Baluchistan Sarfraz Bugti mengatakan 425 tiket telah terjual untuk kereta lintas negara tersebut. Namun, penumpang dapat naik kereta di stasiun mana pun di sepanjang rute sekitar 1.600 kilometer, yang menurut Bugti, sebagian besar menjelaskan kesenjangan antara jumlah penumpang dan mereka yang diselamatkan.
“Mungkin sebagian tidak berangkat; sebagian naik kereta belakangan, mungkin sebagian dari mereka yang lari [dari teroris] tersesat, dan mungkin sebagian tertangkap [oleh teroris],” kata kepala menteri tersebut.
Menuduh negara tetangga
Serangan pada Selasa menandai peningkatan dramatis dalam pemberontakan separatis yang telah mengalami peningkatan tajam dalam kekerasan dalam beberapa bulan terakhir. Pada 2024, BLA dan kelompok separatis Baloch lainnya menewaskan hampir 400 orang dalam lebih dari 500 serangan.
“Kami dengan tegas menolak tuduhan tak berdasar yang dibuat oleh Pakistan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Randhir Jaiswal, kepada wartawan.
Bugti dan Chaudhry menegaskan kembali klaim bahwa serangan pada Selasa itu diatur oleh militan yang bermarkas di Afghanistan. Tuduhan itu dibantah oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri Afghanistan Abdul Qahar Balkhi pada Kamis (12/3).
Kegagalan intelijen?
Pejabat Pakistan mengakui adanya ancaman keamanan, tetapi menolak pertanyaan bahwa pembajakan yang berani di provinsi yang dijaga ketat itu merupakan kegagalan intelijen.
“Ada ancaman di area umum,” kata Chaudhry, seraya menambahkan bahwa itu tidak secara khusus tentang serangan terhadap kereta api.
“Ada ribuan kisah sukses intelijen di balik [insiden semacam itu], yang tidak Anda ketahui — insiden yang tidak terjadi karena intelijen kami berhasil mendeteksinya,” katanya.Juru bicara militer mengatakan lembaga penegak hukum telah melakukan 11.654 operasi berbasis intelijen di seluruh negeri sepanjang tahun ini. Hampir 60.000 operasi semacam itu dilakukan secara nasional tahun lalu, katanya.
Baluchistan yang kaya sumber daya adalah provinsi terbesar dan berpenduduk paling sedikit di Pakistan, di mana anggota minoritas etnis Baloch mengatakan mereka menghadapi diskriminasi dan eksploitasi oleh pemerintah di Islamabad.
Dalam 15 bulan terakhir, 1.250 teroris dari berbagai kelompok telah terbunuh di Pakistan, bersama dengan 563 personel keamanan, kata Chaudhry. [Red]#VOA