SIDOARJO, MDN — Permainan tradisional layang-layang kembali merebut perhatian masyarakat di berbagai penjuru Indonesia. Di tengah gempuran hiburan digital, permainan yang lekat dengan kenangan masa kecil ini justru menunjukkan eksistensinya sebagai hiburan lintas generasi. Fenomena tersebut kini tampak jelas di Desa Kebaron, Kecamatan Tulangan, Kabupaten Sidoarjo.
Setiap sore, jalan menuju KP Putra Baron Fishing dan Wisata Kaki Bumi (WKB)—yang dikenal warga sebagai wisata petik jambu—dipadati warga yang antusias menerbangkan layang-layang. Pemandangan khas ini menghadirkan suasana meriah dan penuh nostalgia, menjadikan lokasi tersebut sebagai titik baru adu layangan yang ramai dikunjungi.
Di antara kerumunan, tampak sejumlah pemain serius mengadu layangan. Mereka saling beradu strategi dan kecepatan untuk menjatuhkan layangan lawan. Sementara itu, sebagian lainnya memilih menunggu layangan yang putus, lalu berebut untuk mendapatkannya. Keseruan ini menjadi daya tarik tersendiri yang tak hanya menghibur, tetapi juga memicu interaksi sosial antarwarga.
Tak hanya para pemain, wisatawan yang berkunjung ke WKB maupun pemancing di KP Putra Baron Fishing pun kerap berhenti sejenak untuk menikmati suasana. Permainan ini dianggap sebagai hiburan murah yang mampu menghidupkan kembali kenangan masa kecil sekaligus menjadi pelepas penat setelah beraktivitas.
“Memang sengaja berhenti sebentar karena lihat orang main layangan ini bikin teringat masa kecil dulu. Dulu sering kejar-kejaran berebut layangan,” ujar Supriadi, seorang wisatawan yang ditemui di lokasi, Minggu (03/08/2025).
Supriadi mengaku tergoda untuk ikut bermain setelah melihat antusiasme warga.
“Lihat suasananya ramai dan banyak yang main, jadi pengin main juga,” katanya.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa permainan tradisional seperti layang-layang masih memiliki ruang di tengah masyarakat modern. Selain sebagai hiburan, permainan ini juga mempererat hubungan sosial dan menjadi wadah interaksi lintas generasi di ruang terbuka. [Swd]













