BOJONEGORO – MDN | Kabupaten Bojonegoro kembali menorehkan prestasi luar biasa di bidang “inovasi distribusi energi”. Solar bersubsidi, yang selama ini hanya diperuntukkan bagi nelayan dan petani, kini sukses naik kelas menjadi komoditas industri berkat kerja keras para mafia lokal yang penuh dedikasi.
Berbekal barcode ganda, tangki kendaraan modifikasi, dan jerigen yang tak pernah lelah bekerja, para pelaku berhasil menciptakan sistem logistik paralel yang lebih efisien dari distribusi resmi Pertamina. Bahkan, pengangkutan solar dilakukan hampir setiap hari, menunjukkan semangat kerja yang patut diapresiasi.
“Kami bangga bisa menyaksikan hilir-mudik pengangsu solar di SPBU. Ini bukti bahwa ekonomi rakyat bergerak, meski arahnya agak miring,” ujar seorang warga yang memilih tetap optimis meski hidungnya tersiksa bau solar.
Tak hanya pelaku lapangan, praktik ini juga diduga melibatkan pihak internal SPBU dan oknum aparat penegak hukum. Sebuah kolaborasi lintas sektor yang menunjukkan bahwa sinergi bisa terjadi di mana saja, bahkan dalam urusan penimbunan BBM.
“Kami salut. Di tengah banyaknya program gagal, mafia solar justru berhasil membangun jaringan distribusi yang stabil dan tahan guncangan hukum,” kata seorang pengamat yang enggan disebutkan namanya karena takut kehilangan akses solar murah.
Solar yang seharusnya menjadi hak masyarakat kecil kini dialihkan ke industri melalui perantara JB, pengusaha asal Blora. Dengan harga jual yang lebih tinggi, tentu saja ini membantu pertumbuhan ekonomi… para pelaku.
“Kami tidak menyebut ini penyelewengan. Ini redistribusi kreatif. Rakyat kecil memang harus belajar berbagi,” ujar sumber yang tampak sangat memahami filosofi ekonomi gelap.
Meski Pasal 55 UU No. 22 Tahun 2001 menyebutkan ancaman pidana hingga 6 tahun dan denda Rp60 miliar, hingga kini belum ada satu pun pelaku yang tersentuh hukum. Mungkin karena hukum sedang sibuk, atau karena pelaku terlalu gesit untuk dikejar.
“Kalau hukum belum sempat bertindak, mungkin kita perlu beri waktu. Toh, solar masih mengalir,” kata Hadi, warga yang mulai belajar pasrah.
Jika tren ini terus berlanjut, Bojonegoro berpotensi menjadi episentrum mafia BBM terbesar di Jawa Timur. Sebuah capaian yang tentu saja akan mengangkat nama daerah dalam peta kejahatan ekonomi nasional.
“Kami harap pemerintah segera membuat museum mafia solar, agar generasi muda bisa belajar langsung dari para maestro,” tutup seorang aktivis yang mulai kehilangan harapan tapi tidak kehilangan humor.
[Satir-Redaksi]














