(MDN) – Pemerintah Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap gedung dan fasilitas diplomatik Iran di Ibu Kota Suriah, Damaskus. Hal ini disampaikan Kementerian Luar Negeri pada Selasa (2/4), sehari setelah serangan udara Israel tersebut menewaskan sedikitnya tujuh orang, termasuk penasihat militer senior Iran.
Dalam beberapa tahun terakhir ini Israel telah melakukan beberapa ratus serangan terhadap target-target di wilayah Suriah yang dikuasai pemerintah. Jumlah serangan tersebut semakin meningkat sejak dimulainya perang Israel-Hamas sejak 7 Oktober di Jalur Gaza. Bentrokan berkala terjadi antara militer Israel dan kelompok Hizbullah di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel.
Buka ‘Front’
Menanggapi perkembangan tersebut, pengamat Timur Tengah dari Universitas Indonesia Yon Machmudi menjelaskan serangan terhadap fasilitas diplomatik memang dilarang oleh hukum internasional. Dia tidak mengetahui apakah gempuran udara itu sengaja atau tidak. Namun, dilihat dari konteks permusuhan Iran-Israel, dia menduga serangan tersebut disengaja dan hal tersebut dapat semakin membuka front terhadap Israel.
“Sebenarnya Israel memberi peringatan terhadap Iran agar tidak ikut campur dalam konflik sekarang ini. Tapi Israel melihat Iran sudah terlibat cukup jauh, termasuk mendukung Hizbullah dan Houthi di Yaman, dan Hamas,” katanya.
Yon menambahkan bahwa serangan terhadap kompleks Kedutaan Iran di Damaskus juga merupakan sebuah pesan bahwa Israel memiliki kemampuan untuk menyerang Iran kapan pun diperlukan. Dia memperkirakan hal tersebut berpotensi memperluas konflik dan kian mempersempit dukungan masyarakat internasional terhadap Iran.
Menurutnya, konflik berkelanjutan antara Israel dan Hamas di Palestina, bersama dengan pertempuran melawan milisi-milisi yang pro-Iran, meningkatkan kemungkinan bahwa serangan terhadap fasilitas diplomatik Iran dapat mendorong keterlibatan langsung Iran dan Suriah, tanpa perantara.
Jika Iran terlibat langsung, lanjut Yon, Amerika Serikat (AS) tentu tidak akan tinggal diam. Sekutu Iran, yakni Rusia dan China, juga bisa memberikan dukungan jika negara Mullah itu terancam. Kalau Iran membalas, bisa saja hal tersebut akan menyulut peperangan yang lebih besar.
Serangan atas kompleks Kedutaan Iran di Damaskus itu menjadi pesan bahwa Israel tidak akan berkompromi soal keamanan nasionalnya. Israel menganggap Iran sebagai musuh nomor wahid dan harus dilenyapkan dari peta dunia karena merupakan ancaman nyata.
“Serangan Israel ke gedung Konsulat Iran di Suriah, ini merupakan strategi Israel untuk mengeliminasi musuh-musuhnya, yang sekarang itu makin meluas, tidak hanya Hamas di Gaza, tetapi juga kelompok-kelompok gerilyawan yang didukung oleh Iran, terutama Garda Revolusi dan Hizbullah,” katanya.
“Jadi Israel sejak serangan Hamas Oktober lalu, sepertinya tidak bisa dihentikan untuk melakukan serangan secara ekspansif karena bagi Israel serangan tersebut benar-benar melukai harga diri Israel,” imbuh Rosyidin.
Dia melihat Israel tidak akan dikucilkan di dunia internasional karena Barat kompak mendukung negara tersebut. Oleh sebab itu, Israel pun mengabaikan perintah Dewan Keamanan PBB untuk mewujudkan gencatan senjata segera di Jalur Gaza.
Minta DK PBB Langsungkan Pertemuan Darurat
Dalam perkembangan lainnya, Iran meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengadakan pertemuan darurat guna membahas serangan udara yang menghancurkan kantor konsulatnya di Damaskus. Dalam sepucuk surat, Duta Besar Iran Untuk PBB Zahra Ershadi pada Senin (1/4) petang meminta Dewan Keamanan untuk membahas “pelanggaran yang mengerikan itu” dan mencegah tindakan serupa di masa depan yang akan membahayakan misi-misi diplomatik.
Israel menolak untuk mengomentari serangan tersebut.
Duta Besar Iran Untuk Suriah Hossein Akbari mengutuk serangan Israel itu dan bersumpah akan membalas “dengan kekuatan dan kekerasan yang sama.” [Red]#VOA