TAKALAR – MDN | Dinamika pemilihan Ketua Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Kabupaten Takalar mulai memunculkan warna baru. Sejumlah kepala desa dari wilayah Polongbangkeng digadang-gadang akan maju dalam bursa pencalonan yang selama ini didominasi oleh perwakilan dari kawasan Galesong.
Aroma perubahan ini disambut antusias oleh sejumlah tokoh masyarakat, aktivis desa, hingga kalangan kepala desa dari berbagai kecamatan. Bukan sekadar pergantian struktur, momen ini disebut sebagai peluang historis bagi Polongbangkeng untuk mengambil peran strategis dalam arah kebijakan organisasi desa tingkat kabupaten.
Polongbangkeng dikenal sebagai wilayah agraris yang sarat nilai perjuangan. Dalam sejarah Sulawesi Selatan, daerah ini menjadi basis perlawanan terhadap penjajahan. Kini, nilai-nilai tersebut diwariskan kepada generasi muda, termasuk kalangan kepala desa yang membawa semangat progresif dan inklusif.
“Kami hadir bukan untuk bersaing antar wilayah, tetapi membawa semangat perubahan demi representasi yang lebih adil untuk seluruh desa di Takalar,” ujar salah satu kepala desa dari Polongbangkeng Selatan yang enggan disebutkan namanya.
Sejumlah nama calon ketua mulai diperbincangkan di berbagai forum. Meski belum ada pengumuman resmi, wacana kemunculan pemimpin dari kawasan selatan ini semakin mendapat tempat di hati para pemilih.
Dukungan terhadap calon dari Polongbangkeng tidak hanya datang dari dalam wilayah tersebut. Tokoh-tokoh desa dari luar kawasan ini menyampaikan pentingnya regenerasi kepemimpinan untuk mendorong pemerataan peran dan keadilan representatif dalam tubuh APDESI Takalar.
“Kita butuh penyegaran. Saatnya pemimpin dari wilayah lain tampil dan membawa visi baru,” ujar seorang pengamat kebijakan desa di Takalar.
Saat ini, publik masih menanti keberanian calon-calon potensial dari Polongbangkeng untuk tampil ke permukaan dan memaparkan visi misinya. Jika langkah ini benar terjadi, maka pemilihan Ketua APDESI Takalar tahun ini dipastikan akan menjadi panggung sejarah baru.
Wacana pergantian kepemimpinan kali ini tidak lagi sekadar persoalan kompetisi wilayah, tetapi mencerminkan semangat demokrasi desa yang sehat, dinamis, dan inklusif. [D’kawang]